Rekrutmen di Tengah Ketidakpastian: Bagaimana Perusahaan Bisa Tetap Efisien dan Selektif
Di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu, banyak perusahaan menghadapi dilema antara kebutuhan akan talenta baru dan keharusan melakukan efisiensi. Terlebih setelah sejumlah kebijakan internasional, seperti tarif timbal balik dari Amerika Serikat, menekan sektor industri ekspor Indonesia dan membuat banyak perusahaan harus lebih hati-hati dalam menyusun strategi sumber daya manusianya.
Meskipun kondisi tidak stabil, kebutuhan akan tenaga kerja yang kompeten tetap ada. Maka, tantangannya kini adalah bagaimana perusahaan bisa merekrut secara efektif, efisien, dan tetap selektif—tanpa harus mengorbankan kualitas maupun anggaran.
Mengapa Strategi Rekrutmen Perlu Disesuaikan?
Ketidakpastian ekonomi mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan ulang hampir seluruh proses bisnis, termasuk strategi rekrutmen. Berdasarkan survei LinkedIn pada tahun 2023, sebanyak 74% praktisi HR global menyatakan bahwa perusahaan mereka kini lebih fokus pada efisiensi dalam proses perekrutan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan pergeseran fokus dari volume kandidat ke kualitas dan ketepatan kandidat. Pada perkembangannya di tahun ini (2025), dilansir dari Talentics.id, penggunaan Artificial Intelligence (AI) di sektor HR semakin masif, khususnya untuk meningkatkan efisiensi dalam proses screening, assessment, hingga pengelolaan talent secara berkelanjutan.
Selain itu, banyak perusahaan kini lebih mengandalkan sistem digital dalam proses seleksi, mulai dari iklan lowongan kerja hingga wawancara daring. Hal ini tidak hanya menghemat waktu dan biaya, tetapi juga mempermudah perusahaan dalam menjangkau talenta dari lokasi yang lebih luas.
Langkah Efisien dalam Rekrutmen di Masa Krisis
Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk tetap menjalankan proses rekrutmen secara efisien dan selektif:
1. Manfaatkan Teknologi Rekrutmen Digital
Platform rekrutmen seperti Jobstreet, LinkedIn, atau Glints memungkinkan perusahaan menyaring ribuan kandidat dengan lebih cepat melalui sistem filter otomatis. Selain itu, banyak platform ini telah dilengkapi dengan fitur penilaian awal (assessment tools) yang membantu HR mengenali kompetensi kandidat sebelum proses wawancara berlangsung.
Beberapa perusahaan juga mulai menggunakan Applicant Tracking System (ATS) untuk mengelola lamaran secara sistematis dan menghindari redundansi proses. ATS terbukti meningkatkan efisiensi waktu rekrutmen hingga 25% (Capterra, 2022).
2. Fokus pada Kandidat Multi-skilled
Dalam kondisi ekonomi yang menantang, mempekerjakan satu orang dengan beragam keterampilan bisa menjadi strategi yang menguntungkan. Kandidat dengan kombinasi kemampuan, misalnya pemasaran dan analisis data, atau desain grafis dan copywriting, bisa membantu perusahaan beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan kebutuhan pasar.
Namun, membangun tim yang adaptif tidak berhenti hanya pada merekrut kandidat multi-skilled. Menurut laporan McKinsey & Company (2024), perusahaan masa kini perlu membentuk tenaga kerja yang resilien dan adaptif untuk menghadapi ketidakpastian yang semakin besar. Learning agility atau kemampuan untuk terus belajar dan cepat beradaptasi pun menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Selaras dengan itu, penelitian yang diterbitkan di Jurnal Ilmiah Bisnis & Kewirausahaan (Salsabila & Megawaty, 2023) juga merekomendasikan agar perusahaan aktif menyediakan program pengembangan diri, seperti pelatihan emosional dan psikologis, serta melakukan evaluasi rutin terhadap kemampuan learning agility karyawan. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya memperoleh karyawan serba bisa, tetapi juga memastikan mereka siap tumbuh bersama perubahan yang terjadi.
3. Pertimbangkan Model Tenaga Kerja Fleksibel
Ketika beban kerja tidak stabil, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk merekrut pekerja kontrak, paruh waktu, atau freelance. Model ini memberi ruang untuk fleksibilitas tanpa membebani perusahaan dengan komitmen jangka panjang.
Penting untuk tetap menjalin komunikasi terbuka dengan tenaga kerja fleksibel, agar mereka tetap terlibat dan merasa dihargai, meski bukan pekerja tetap. Pendekatan ini juga memberi peluang bagi perusahaan untuk menilai performa sebelum menawarkan posisi penuh waktu.
4. Tulis Deskripsi Pekerjaan yang Lebih Strategis
Job description yang baik bukan hanya menjelaskan tanggung jawab pekerjaan, tetapi juga menyampaikan nilai dan budaya perusahaan. Kandidat berkualitas akan lebih tertarik pada perusahaan yang transparan sejak awal proses rekrutmen.
Pastikan deskripsi pekerjaan menyertakan:
- Tujuan posisi dalam konteks besar perusahaan.
- Kriteria teknis dan soft skill yang benar-benar dibutuhkan.
- Proses seleksi secara garis besar, agar kandidat siap dan tidak terkejut.
5. Gunakan Data untuk Pengambilan Keputusan
Analisis data historis dari proses rekrutmen sebelumnya dapat membantu perusahaan menyusun strategi yang lebih akurat. Misalnya, data waktu rata-rata untuk mengisi posisi tertentu, sumber kandidat terbaik, atau rasio pelamar terhadap kandidat yang lolos ke tahap akhir.
Dengan data, proses rekrutmen bisa lebih terarah dan menghindari pemborosan sumber daya.
Rekrutmen yang efektif bukan berarti mempercepat proses tanpa filter, melainkan menggabungkan efisiensi dengan ketepatan dalam memilih talenta. Di tengah ketidakpastian, perusahaan harus mampu beradaptasi dengan cara yang cerdas—menggunakan teknologi, pendekatan fleksibel, serta fokus pada kualitas SDM.
Ketika proses rekrutmen dirancang secara strategis, perusahaan tidak hanya mendapatkan karyawan yang tepat, tetapi juga membangun fondasi organisasi yang lebih kuat untuk menghadapi perubahan apa pun di masa depan.
Informasi lebih lanjut:
Putri Amandawati
Corporate Communication
PT Mitra Utama Madani
corcom@mum.co.id