Gen Z Jadi Penyumbang Terbesar Pengangguran — Apa Solusinya?

Data terbaru dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2025 menunjukkan fakta yang cukup mengkhawatirkan: kelompok usia 15–24 tahun atau yang biasa dikenal dengan Generasi Z mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi, yakni mencapai 16,16%. 

Angka ini jauh di atas rata-rata nasional dan memperlihatkan bahwa anak muda masih menghadapi kesulitan besar dalam menembus dunia kerja. Kondisi ini menjadi alarm penting bahwa ada tantangan serius yang harus segera diatasi agar generasi muda tidak kehilangan momentum produktifnya. 

Setelah memahami gambaran umum ini, menarik untuk melihat bagaimana perbandingan dengan kelompok usia lainnya.

Perbandingan dengan Kelompok Usia Lain

Secara keseluruhan, jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2025 mencapai 7,28 juta orang atau sekitar 4,76% dari total angkatan kerja. Jika angka tersebut dipecah berdasarkan usia, terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Kelompok usia 25–59 tahun hanya mencatat TPT sebesar 3,04%, sedangkan kelompok usia 60 tahun ke atas bahkan lebih rendah lagi, yaitu 1,67%. 

Perbandingan ini menegaskan bahwa tantangan mencari pekerjaan ternyata jauh lebih berat bagi Gen Z dibanding generasi yang lebih tua. Perbedaan ini memunculkan pertanyaan baru: apakah faktor pendidikan menjadi salah satu penyebab utamanya?

Peran Latar Belakang Pendidikan

Jika ditinjau dari jenjang pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tercatat sebagai kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi dibanding lulusan SMA maupun perguruan tinggi. Padahal, SMK pada awalnya dirancang untuk melahirkan tenaga siap kerja dengan keterampilan praktis. 

Fakta ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara apa yang dipelajari di bangku sekolah dengan kebutuhan nyata dunia kerja. Kesenjangan ini semakin menegaskan perlunya evaluasi mendalam terhadap sistem pendidikan agar benar-benar mampu menjembatani siswa ke dunia profesional. Lalu, jika bukan hanya soal pendidikan, faktor apa lagi yang memperparah masalah ini?

Faktor Penyebab Tingginya Pengangguran Gen Z

Para pakar menyoroti bahwa ada beberapa penyebab utama di balik tingginya angka pengangguran Gen Z. Pertama, adanya kesenjangan keterampilan (skill gap) antara apa yang dimiliki oleh generasi muda dan apa yang dibutuhkan oleh industri. Kedua, pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat tidak sebanding dengan jumlah lulusan baru yang terus meningkat setiap tahun.

Ketiga, arus digitalisasi dan otomatisasi menggantikan beberapa jenis pekerjaan konvensional, sehingga peluang kerja semakin terbatas. Semua faktor ini saling terkait dan memperumit upaya generasi muda untuk segera mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu, penting untuk membahas solusi strategis yang bisa menjawab tantangan ini.

Solusi Menutup Kesenjangan antara Pendidikan dan Industri

Salah satu solusi utama yang bisa dilakukan adalah revitalisasi pendidikan vokasi agar benar-benar relevan dengan kebutuhan industri modern. Kurikulum perlu diperbarui secara berkala agar keterampilan yang diajarkan sesuai dengan tren dan teknologi terbaru. 

Selain itu, peningkatan keterampilan digital juga menjadi hal mutlak, mengingat hampir semua sektor kerja saat ini terhubung dengan teknologi. Dengan menyesuaikan sistem pendidikan dan menanamkan keterampilan yang tepat, peluang kerja bagi Gen Z bisa lebih terbuka. Namun, peran pendidikan saja tidak cukup tanpa adanya kolaborasi yang lebih luas.

Pentingnya Kolaborasi Multi-Pihak

Untuk mengatasi persoalan pengangguran ini, diperlukan kerja sama erat antara pemerintah, dunia industri, dan lembaga pendidikan. Pemerintah dapat menyediakan regulasi dan dukungan anggaran, dunia industri bisa membuka peluang magang dan perekrutan, sementara lembaga pendidikan menyiapkan tenaga kerja dengan keterampilan yang sesuai. 

Kolaborasi ini tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memastikan bahwa tenaga kerja yang dihasilkan siap menghadapi dinamika pasar. Dengan sinergi yang kuat, tantangan pengangguran Gen Z bisa lebih cepat diatasi.

TIdak Bisa Dibiarkan Berlarut-larut

Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z menunjukkan adanya persoalan mendasar yang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Faktor pendidikan, kesenjangan keterampilan, hingga lambatnya pertumbuhan lapangan kerja menjadi penyebab yang harus segera dicari solusinya. 

Revitalisasi pendidikan vokasi, peningkatan keterampilan digital, dan kolaborasi antar pihak adalah langkah penting yang perlu diambil sejak sekarang. Jika strategi ini dijalankan secara konsisten, bukan tidak mungkin generasi muda akan mampu menjadi motor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id