2 Pertanyaan Interview Paling Sulit: Cara Jawab agar HR Langsung Nge-Lirik
Dalam proses seleksi kerja, sesi interview sering kali menjadi tahap yang paling menentukan. Bahkan, menurut artikel dari Indeed Career Guide (2025), pertanyaan seperti "Ceritakan tentang diri Anda" sering kali menjadi pembuka dalam wawancara kerja. Pertanyaan ini memberikan kesempatan bagi kandidat untuk memberikan gambaran singkat tentang latar belakang profesional mereka, yang dapat membantu pewawancara memahami relevansi pengalaman kandidat dengan posisi yang dilamar.
Demikian pula, pertanyaan "Kenapa kamu harus diterima di perusahaan ini?" tidak hanya mengukur pemahaman kandidat terhadap posisi yang dilamar, tetapi juga menilai bagaimana mereka melihat diri mereka cocok secara nilai, budaya, dan tujuan jangka panjang perusahaan. Jawaban kandidat dapat mencerminkan semangat, motivasi, dan keselarasan visi antara pribadi dan perusahaan. Menurut Indeed (2025), jawaban yang efektif akan menunjukkan pemahaman kandidat tentang tanggung jawab posisi dan bagaimana keterampilan mereka dapat berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.
Kedua pertanyaan ini sering dianggap remeh, padahal jawabannya bisa sangat memengaruhi persepsi Human Resources Development (HRD) terhadap kompetensi, kesiapan, serta attitude kandidat. Artikel ini akan membedah alasan kenapa dua pertanyaan ini begitu menjebak, lalu menawarkan strategi menjawab yang mampu mencuri perhatian HR secara positif.
1. “Coba perkenalkan tentang dirimu secara singkat”
Banyak kandidat terjebak menjawab pertanyaan ini secara normatif dan terlalu panjang lebar. Padahal, HR mengharapkan ringkasan profesional yang padat, terstruktur, dan menunjukkan value yang bisa dibawa kandidat ke perusahaan. Untuk itu, metode Present–Past–Future menjadi salah satu solusi yang tepat karena mampu membingkai jawaban dengan jelas dan strategis.
Strategi Present–Past–Future
Metode Present–Past–Future adalah salah satu pendekatan paling praktis dan efektif yang direkomendasikan oleh para profesional rekrutmen. Metode ini dirancang untuk menyusun narasi diri secara runtut, singkat, namun tetap memuat unsur penting yang dicari oleh pewawancara—yakni relevansi, kesiapan, dan value yang ditawarkan oleh kandidat.
- Present (Saat ini)
Di bagian ini, kandidat menjelaskan posisi atau peran saat ini. Jika sedang bekerja, sebutkan jabatan, perusahaan, serta tanggung jawab utama secara ringkas. Bila sedang tidak bekerja, dapat diganti dengan aktivitas yang relevan seperti freelance, pelatihan, atau proyek pribadi.
- Past (Latar belakang)
Lanjutkan dengan menyebutkan pengalaman profesional sebelumnya atau latar pendidikan yang relevan. Fokus pada pengalaman yang paling mendukung posisi yang dilamar. Jangan uraikan semuanya; cukup yang paling relevan dan berdampak.
- Future (Tujuan karir)
Terakhir, tutup dengan menyatakan motivasi melamar ke perusahaan tersebut. Kaitkan dengan visi karier atau nilai-nilai pribadi. Bagian ini menunjukkan bahwa kandidat tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga kesesuaian jangka panjang.
- Contoh Jawaban (Fresh Graduate – Finance)
“Saya adalah lulusan baru dari jurusan Akuntansi di Universitas Indonesia. Selama masa kuliah, saya aktif mengikuti organisasi kampus dan pernah magang di divisi keuangan sebuah perusahaan logistik, di mana saya belajar langsung tentang pengelolaan laporan keuangan dan audit internal. Saat ini saya sedang mencari kesempatan untuk memulai karier profesional di bidang keuangan, dan saya tertarik dengan perusahaan ini karena reputasinya dalam pengembangan talenta dan lingkungan kerja yang kolaboratif.”
2. “Kenapa kamu harus diterima di perusahaan ini?”
Pertanyaan ini kerap dijawab dengan pernyataan yang generic seperti “Saya pekerja keras” atau “Saya cepat belajar.” Meskipun terdengar baik, jawaban ini tidak cukup standout karena tidak menunjukkan relevansi langsung dengan posisi yang dilamar. HR menginginkan bukti bahwa sebagai kandidat, Anda adalah solusi dari kebutuhan mereka. Mereka mencari reasoning yang meyakinkan dan personal branding yang kuat.
Strategi Menjawab 3 Pilar Relevansi
Setelah memperkenalkan diri secara ringkas dan terstruktur, tantangan berikutnya adalah membangun jawaban yang relevan dan meyakinkan ketika ditanya, “Mengapa kamu harus diterima di perusahaan ini?” atau pertanyaan sejenis seperti, “Apa keunggulanmu dibanding kandidat lain?”
Di sinilah pentingnya menggunakan pendekatan 3 Pilar Relevansi—sebuah strategi yang merangkum tiga komponen utama yang paling dicari oleh HR dan manajer rekrutmen: pengalaman, keterampilan, dan motivasi personal.
-
Tekankan Pengalaman yang Relevan dengan Posisi Incaran
Pilar pertama ini menyoroti pentingnya menyelaraskan pengalaman dengan kebutuhan spesifik dari posisi yang sedang dibuka. HR ingin tahu: Apakah kandidat pernah melakukan pekerjaan serupa? Apakah kandidat bisa langsung adaptasi tanpa banyak pelatihan?
Contoh jawaban:
“Selama dua tahun terakhir, saya mengelola akun media sosial dengan pertumbuhan engagement rata-rata 60% di perusahaan sebelumnya. Posisi yang saya lamar di sini memiliki tanggung jawab serupa dalam membangun komunitas digital, sehingga saya yakin pengalaman ini sangat relevan.”
-
Sebutkan Keterampilan yang Dikuasai (Technical & Soft Skills)
Pengalaman saja tidak cukup; Anda perlu menekankan bagaimana Anda menjalankan pekerjaan tersebut, dengan keterampilan apa, dan seberapa siap Anda untuk menghadapi tantangan baru.
Contoh jawaban:
“Saya terbiasa menggunakan tools seperti Meta Business Suite, Hootsuite, dan Google Analytics. Selain itu, saya memiliki kemampuan copywriting dan crisis management untuk menjaga citra merek di sosial media.”
-
Tunjukkan Antusiasme dan Alasan Personal
Terakhir, jangan abaikan elemen emosional dalam proses rekrutmen. Banyak HR menyebut bahwa salah satu faktor pembeda antara kandidat yang qualified adalah motivasi dan koneksi emosional dengan perusahaan.
Contoh jawaban:
“Saya sudah mengikuti perkembangan brand ini sejak lama dan selalu terkesan dengan kampanye-kampanye digitalnya yang inovatif. Bisa berkontribusi dalam tim yang kreatif seperti ini adalah sebuah kesempatan yang saya impikan.”
Menjawab pertanyaan interview tidak cukup hanya dengan “apa adanya.” Dibutuhkan strategi yang mencerminkan pemahaman diri dan kesesuaian dengan posisi. Dengan menerapkan kedua metode ini, kandidat akan tampil lebih profesional, terarah, dan meninggalkan kesan positif yang membedakan dari kandidat lainnya.
Informasi lebih lanjut:
Aqilla Sekar Ningrum Prastyo
Corporate Communication
PT Mitra Utama Madani
corcom@mum.co.id